Categories: Articles
by Adi Firmansyah
Share
Categories: Articles
by Adi Firmansyah
Share
Pengukuran Biomassa Di Atas Permukaan

Ancaman lingkungan akibat aktivitas manusia terus menunjukkan dampaknya secara nyata. Hilangnya tutupan hutan, pembukaan lahan secara masif, dan peningkatan emisi gas rumah kaca menjadi pemicu utama kerusakan ekosistem global.

Salah satu cara yang saat ini banyak dilakukan untuk mengukur kontribusi suatu wilayah dalam menyerap emisi adalah dengan menghitung cadangan karbon (stok karbon). Di sinilah pengukuran biomassa di atas permukaan memegang peranan penting, karena memberikan gambaran seberapa besar potensi penyerapan karbon yang dimiliki oleh vegetasi di atas tanah.

Pengertian dan Komponen Biomassa Di Atas Permukaan

Pengukuran biomassa di atas permukaan (Above-Ground Biomass – AGB) mengacu pada estimasi jumlah massa tumbuhan hidup yang berada di atas permukaan tanah, seperti batang, cabang, ranting, dan daun. Data ini sangat penting karena biomassa tersebut menyimpan karbon dalam jumlah besar, yang bisa menjadi indikator seberapa besar kemampuan suatu kawasan dalam menyerap dan menyimpan emisi karbon.

Biomassa ini biasanya ditemukan di hutan tropis, perkebunan, atau lahan restorasi yang memiliki vegetasi yang berkembang. Dengan mengetahui berapa besar biomassa yang ada, kita bisa menghitung jumlah karbon yang disimpan, sehingga bisa memetakan potensi kawasan tersebut dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Hubungan Antara Biomassa dan Carbon Stock

Konsep dasar dari biomassa adalah bahwa pohon dan tanaman menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer melalui proses fotosintesis, lalu menyimpannya dalam bentuk biomassa. Ketika pohon ditebang atau terbakar, karbon ini dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, semakin besar biomassa yang dimiliki sebuah kawasan, semakin besar pula cadangan karbon yang dimilikinya.

Dalam konteks pengukuran carbon stock, biomassa di atas permukaan dianggap sebagai komponen utama yang mudah diukur dan berkontribusi besar terhadap total stok karbon. Misalnya, sekitar 50% dari berat kering biomassa tanaman adalah karbon, sehingga jika suatu kawasan memiliki biomassa sebesar 200 ton per hektar, berarti ia menyimpan sekitar 100 ton karbon per hektar.

Metode Pengukuran Carbon Stock pada Biomassa Di Atas Permukaan

Metode Langsung (Destructive Sampling)

Metode pengukuran carbon stock, khususnya untuk biomassa di atas permukaan, terbagi menjadi dua pendekatan utama. Pertama adalah metode langsung atau destructive sampling, di mana pohon ditebang, kemudian setiap bagiannya ditimbang untuk mendapatkan data akurat. Meski hasilnya sangat presisi, metode ini tidak cocok untuk proyek konservasi karena bersifat merusak.

Metode Tidak Langsung (Non-Destructive)

Kedua adalah metode tidak langsung atau non-destructive, yang lebih sering digunakan dalam proyek berbasis keberlanjutan. Di sini, pengukuran dilakukan dengan mencatat diameter batang pohon (DBH), tinggi pohon, dan jenis pohon. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus alometrik untuk menghitung biomassa. Rumus ini biasanya dikembangkan berdasarkan studi empiris di wilayah dan jenis vegetasi tertentu.

Pemanfaatan Teknologi Modern

Selain itu, perkembangan teknologi juga memudahkan metode pengukuran biomassa. Saat ini, penggunaan citra satelit, drone, dan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) semakin banyak diterapkan untuk memetakan tutupan lahan dan memperkirakan biomassa secara luas tanpa perlu turun langsung ke lapangan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akurasi Pengukuran

Namun, seakurat apa pun metodenya, ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pengukuran biomassa. Misalnya, jenis vegetasi dan kepadatannya, usia pohon, kondisi topografi, serta ketepatan rumus alometrik yang digunakan. Selain itu, kualitas data lapangan dan keahlian tim survei sangat berpengaruh terhadap validitas hasil akhir.

Manfaat Data Biomassa untuk Proyek Lingkungan

Di berbagai proyek lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan REDD+ atau perdagangan karbon, pengukuran biomassa di atas permukaan menjadi indikator utama dalam menentukan besarnya kredit karbon yang bisa dijual atau dilaporkan. Data ini menjadi bukti ilmiah yang menunjukkan kontribusi sebuah wilayah dalam menyerap emisi karbon.

Beberapa proyek restorasi dan konservasi juga mengandalkan hasil pengukuran ini untuk merancang strategi pengelolaan hutan, reboisasi, dan perlindungan kawasan. Bahkan pemerintah daerah dan lembaga internasional menjadikannya sebagai dasar dalam membuat kebijakan berbasis data lingkungan.

Yang terjadi di lapangan…

Namun, praktik di lapangan tidak selalu berjalan mulus. Banyak lokasi pengukuran yang sulit dijangkau, kondisi vegetasi yang sangat heterogen, serta keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan menjadi tantangan tersendiri. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengombinasikan metode konvensional dengan pendekatan teknologi modern, serta melibatkan jasa pengukuran carbon stock profesional yang sudah berpengalaman dan memahami metode pengukuran carbon stock secara menyeluruh.

Hubungi Kami Sekarang!

Melalui pengukuran yang tepat, setiap kawasan bisa dipetakan potensinya secara ilmiah, baik untuk tujuan konservasi, pemulihan lahan, maupun perhitungan ekonomi karbon. Pengukuran Biomassa di Atas permukaan bukan hanya tentang angka dan data, tapi juga tentang bagaimana kita bisa membaca masa depan bumi lewat hutan dan vegetasi yang ada di depan mata.

Jika Anda tertarik untuk mengetahui potensi karbon di lahan yang Anda kelola atau ingin memulai proyek berbasis lingkungan yang terukur secara saintifik, kami siap membantu. Tim kami memiliki pengalaman dalam pengukuran carbon stock yang sesuai standar internasional dan dapat diandalkan.