
Isu perubahan iklim semakin sering dibicarakan karena dampaknya yang nyata terasa di berbagai belahan dunia. Banjir, kebakaran hutan, hingga suhu ekstrem menunjukkan bagaimana aktivitas manusia mempercepat krisis iklim. Dua istilah yang sering muncul dalam diskusi ini adalah stok karbon dan emisi karbon. Keduanya saling berhubungan, tetapi sebenarnya memiliki makna yang berbeda.
Stok karbon atau carbon stock menggambarkan jumlah karbon yang tersimpan di ekosistem hutan, tanah, tumbuhan, hingga laut. Sementara emisi karbon adalah jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer akibat aktivitas manusia maupun proses alami. Bayangkan hutan sebagai bank penyimpanan karbon, dan ketika terjadi deforestasi atau kebakaran, karbon dari hutan tersebut dilepaskan ke udara sebagai emisi karbon. Jadi, stok karbon adalah simpanan, sedangkan emisi karbon adalah pelepasan.
Apa Itu Stok Karbon
Stok karbon adalah cadangan karbon yang tersimpan di dalam ekosistem. Ekosistem hutan, mangrove, lahan gambut, dan laut adalah penyimpan karbon terbesar di bumi. Tumbuhan menyerap karbon dioksida dari udara melalui fotosintesis, lalu menyimpannya dalam bentuk biomassa. Proses ini menjadikan hutan sebagai penyerap karbon yang penting.
Semakin besar cadangan karbon yang ada di suatu wilayah, semakin besar pula peran ekosistem tersebut dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Misalnya, hutan tropis Indonesia dikenal memiliki stok karbon yang sangat tinggi karena keberagaman ekosistemnya. Data ini sering digunakan untuk menentukan strategi konservasi dan program perdagangan karbon di tingkat global.
Menjaga carbon stock berarti menjaga keberlangsungan ekosistem hutan. Deforestasi, pembukaan lahan, dan aktivitas industri yang tidak berkelanjutan bisa mengurangi jumlah cadangan karbon. Padahal, hilangnya stok karbon sama artinya dengan meningkatnya emisi karbon yang memperburuk krisis iklim.
Apa Itu Emisi Karbon
Emisi karbon merujuk pada jumlah gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Sumbernya bisa berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, transportasi, hingga pembakaran hutan. Setiap aktivitas manusia yang menghasilkan energi umumnya berkontribusi terhadap emisi karbon.
Berbeda dengan stok karbon yang sifatnya menyimpan, emisi karbon berkontribusi langsung terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Semakin besar emisi, semakin tinggi risiko terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, berbagai negara berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon melalui transisi energi, penggunaan energi terbarukan, hingga kebijakan perdagangan karbon.
Penting untuk dicatat bahwa emisi karbon tidak hanya berasal dari aktivitas manusia. Proses alami seperti letusan gunung berapi dan respirasi makhluk hidup juga menghasilkan karbon dioksida. Namun, porsi terbesar saat ini tetap berasal dari aktivitas manusia yang masif.
Hubungan Stok Karbon dan Emisi Karbon
Stok karbon dan emisi karbon memiliki hubungan erat. Ketika stok karbon dalam ekosistem berkurang akibat deforestasi atau degradasi lahan, maka karbon yang tadinya tersimpan akan berubah menjadi emisi karbon di atmosfer. Sebaliknya, ketika kita melakukan reforestasi atau menjaga hutan tetap lestari, cadangan karbon meningkat dan emisi bisa ditekan.
Ekosistem hutan adalah contoh nyata dari hubungan ini. Hutan yang sehat berfungsi sebagai penyerap karbon, sedangkan hutan yang rusak menjadi sumber emisi. Inilah mengapa konservasi ekosistem hutan sangat penting, tidak hanya untuk keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk mengendalikan iklim global.
Selain itu, program perdagangan karbon global memanfaatkan perbedaan antara stok karbon dan emisi karbon. Negara atau perusahaan dengan stok karbon besar bisa menjual kredit karbon kepada pihak lain yang menghasilkan emisi lebih tinggi. Skema ini diharapkan dapat mendorong upaya pelestarian lingkungan.
Dampak Terhadap Mitigasi Perubahan Iklim
Menjaga stok karbon berarti menjaga keseimbangan iklim. Setiap hektar hutan yang dipertahankan memiliki kontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon global. Sebaliknya, setiap hektar hutan yang hilang bisa menambah jutaan ton emisi karbon ke atmosfer. Oleh karena itu, kebijakan iklim harus menekankan pada perlindungan stok karbon sekaligus menurunkan emisi karbon.
Langkah-langkah mitigasi yang dilakukan mencakup transisi energi dari fosil ke terbarukan, penghentian deforestasi, restorasi lahan gambut, hingga peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi jejak karbon. Semua ini tidak bisa dipisahkan dari upaya menjaga ekosistem hutan sebagai salah satu penyerap karbon terbesar.
Kesadaran Global dan Tindakan Nyata
Kesadaran akan pentingnya stok karbon dan pengendalian emisi karbon semakin meningkat di seluruh dunia. Konferensi iklim internasional menekankan bahwa semua pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan, hingga masyarakat, perlu berperan aktif. Program penghijauan, perdagangan karbon, dan penerapan teknologi ramah lingkungan adalah beberapa contoh nyata dari langkah yang bisa dilakukan.
Carbon stock yang tinggi dalam ekosistem hutan Indonesia bisa menjadi modal besar dalam menghadapi krisis iklim. Namun, tanpa pengelolaan yang berkelanjutan, keunggulan ini bisa hilang dalam waktu singkat. Karena itu, kerja sama lintas sektor menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara stok karbon dan emisi karbon.
Saat ini mengukur tingkat stok karbon sangat penting, karena bisa digunakan untuk melakukan pencegahan agar stok karbon di ekosistem tidak berkurang. Untuk kebutuhan pengukuran carbon stock, PT Bhakti Unggul Teknovasi memiliki layanan Jasa Pengukuran Carbon Stock.
PT Bhakti Unggul Teknovasi menjadi kendaraan untuk komersialisasi hasil riset Universitas Telkom dan dikhususkan untuk melayani kebutuhan YPT Group yang berfokus kepada layanan teknologi. Dengan perkembangan dan perubahan pasar, jasa layanan ini sudah dapat dinikmati oleh berbagai mitra di luar YPT Group. PT BUT telah mendapatkan sertifikat ISO/IEC 27001:2022 dan ISO 9001:2015.